Sabtu, 25 Juni 2011

Death Angel“DEATH ANGEL BERPIJAK PADA PENGKHIANATAN DAN DENDAM!”

Di awal konser, sepertinya Death Angel ingin mengajak bernostal’gila’ penonton dengan menhajar nomor-nomor lawas. Dua lagu berikutnya, “Evil Priest” dan “Mistress of Pain” juga dicomot dari album yang sama. Namun setelah itu lompat ke album terbaru “Relentless Retribution” (2010) dengan “Claws in so Deep”. Secuil komposisi akustik dari Rodrigo y Gabriela yang membuntuti lagu ini memberi jeda sejenak bagi Death Angel untuk rehat sebelum langsung menggeber lagi dengan lagu “Truce” dari album terbaru.

Lalu, mereka mundur ke album “Act III” (1990) ketika intro suara desiran ombak laut terdengar. Yeah! Menerjanglah nomor “Seemingly Endless Time”, trek pertama dari album tersebut yang malam itu dibawakan dengan ganas. Berkali-kali para moshing mania di depan panggung membuat circle pit yang cukup brutal. Situasi itu tak juga terjadi ketika “3rd Floor” dari album “Frolic Through the Park” (1988) digeber.

Meskipun hanya didukung tata cahaya yang sederhana, namun aksi panggung Death Angel yang seru dan all-out mampu menutupi kekurangan tersebut. Empat punggawa bagian depan, yakni Mark, Rob, Ted dan Damien benar-benar anti stagnasi. Headbanging secara non-stop, melompat dan seringkali melakukan blocking panggung yang menawan. Lalu, permainan gitar solo dari Rob yang shredding plus sedikit sentuhan blues meraung-raung sepanjang konser dengan artikulasi yang tajam dan tegas. Aksi Rob itu berpadu dengan garukan ritem dari tandemnya, Ted yang tak kalah galak.

Usai mengendurkan otot lewat lagu balada “Veil of Deception”, Rob dkk kembali menyulut kobaran moshpit dengan menggasak nomor “Relentless Revolution”, serta dua lagu lawas dari album debut, yakni “Voracious Souls” dan “Kill As One” yang terasa menggetarkan lantai Bulungan dengan kekuatan yang lebih tinggi. Di tengah lagu yang disebutkan terakhir, sang vokalis, Mark yang sangat komunikatif dan full-energy sepanjang konser mengajak penonton meneriakkan tiga kata: ‘Kill, As, One’ sekencang-kencangnya sebelum akhirnya menghilang ke balik panggung. Hanya beberpa menit kemudian, Death Angel muncul kembali ke panggung untuk menuntaskan nomor encore “Thrown to the Wolves” dari album “The Art of Dying” (2004) yang sekali lagi menciptakan moshing liar yang ganas.



Kirk Hammett

Death Angel dibentuk tahun 1982 di San Fransisco Bay Area, California, AS (kawasan tumbuh dan berkembangnya musik thrash metal setelah Metallica dan Exodus) oleh empat remaja yang masih saudara sepupu berdarah campuran Filipina-Amerika, yaitu Rob Cavestany, Dennis Pepa (bass), Gus Pepa (gitar) dan Andy Galeon (dram). Setahun setelah merilis demo pertama “Heavy Metal Insanity” (1983), Mark Osegueda direkrut menjadi vokalis yang juga masih saudara sepupu. Bersama Mark, tahun 1986, Death Angel merilis demo kedua, “Kill As One” dengan produser Kirk Hammett (gitaris Metallica). Kesuksesan demo tersebut menghasilkan kontrak rekaman dengan Enigma Records. Maka lahirlah album debut “The Ultra Violence” (1987). Ketika rekaman album tersebbut, usia para personil Death Angel masih di bawah 20 tahun. Bahkan dramer Andy Galeon masih berusia 14 tahun. Album tersebut terjual sebanyak 40 ribu keping hanya dalam waktu empat bulan. Album kedua, “Frolic Through the Park” (1988) kembali mendulang sukses dengan singel “Bored” yang video klipnya sering ditayangkan di program MTV, “Headbanger’s Ball”.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More