Sabtu, 25 Juni 2011

wawancara Jubing Kristianto “SAYA GITARIS TANPA WILAYAH”

“Kaki Langit” merupakan karya album keempat buat Jubing, setelah “Becak Fantasy” (2007), “Hujan Fantasy” (2008) dan “Delman Fantasy” (2009). Tentu saja, konsep yang diterapkan gitaris yang tercatat pernah dianugerahi Distinguished Award di ajang “Yamaha South-East Asia Guitar festival” (1984) ini masih menonjolkan eksplorasi aransemen yang hanya mengandalkan permainan finger style di satu gitar akustik secara total.

Hanya, untuk memberikan nuansa berbeda, Jubing sedikit-sedikit menyelipkan elemen instrumen lain di dua lagu di “Kaki Langit”. Dan di komposisi berjudul “Canon”, Jubing ‘terpaksa’ menyampur permainan tiga gitar untuk mendapatkan ‘nyawa’ lagu tersebut. Lebih jauh tentang “Kaki Langit”, inilah obrolan khususnya dengan GitarPlus.

Apa yang membedakan “Kaki Langit” dengan album-album sebelumnya?

Yang membedakan, pertama, yang pasti jumlah komposisi sendiri lebih banyak. Sebelumnya belum pernah sampai tujuh (lagu). Dan ini memang atas anjuran pak Wandy Gaotama (produser, pemilik label IMC Record). Sekarang banyakin yang komposisi sendiri. Sudah mulai berani gitulah. Maka itu jadi agak tertunda sedikit, lebih lama. Saya nggak tahu ya idealnya berapa (jarak) dari album ke album lainnya. Selama ini setahun-setahun, kan. Nah, ini satu setengah tahun baru selesai. Jadi enam bulan dari keinginan semula.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More